Senin, 28 Juli 2008

JUST GIVE IT & FORGET IT (draft)

Siang itu sekitar pukul 12.30 siang, baru terasa betis dan pantat saya mulai pegal. kebetulan saat itu sedang berhenti di perempatan lampu merah pondok indah mall. Tampak di depan beda 3 mobil dari mobil saya ada seorang pengemis. saya perhatikan posturnya cukup tinggi, umur abg, rambut belah pinggir, kaos dan celana jeans agak kumal, sambil membawa sepotong kardus dengan tulisan yang menjelaskan minta sumbangan dan kardus itu menutupi sebagian wajahnya yang tidak ada cacat suatu apapun, namun gerakannya yang lamban dan anggukan kepalanya yang lambang dengan posisi mulutnya yang di mencongkan merupakan gambaran dari anak tertinggal

aku ragu untuk memberi, karena curiga kalau gerakan tubuh dan perilakuknya yang lamban itu merupakan suatu sandiwara belaka, sandirwara yang dibuat untuk memanipulasi agar kami pengendara yang kebetulan sedang berhenti merasa kasihan kepadanya. curiga kalau mereka adalah bagian dari mafia yang selama ini menyebar diseluruh perempatan jakarta.

Istriku mulai menyuruhku untuk mengambil uang receh Rp. 1000 an dan memberikan kepadanya melalui celah jendela mobilku. namun karena perasaan curiga dan merasa tertipu jika kuberikan uang receh itu, hampir saja ku batalkan niat untuk memberinya. karena aku tidak rela memberi akibat tertipu.

Aku teringat kata-kata kakakku jika ingin memberi, berikan saja masalah bahwa sebetulnya dia bukan pengemis sungguhan, dan uang dipakai untuk beli rokok itu sudah masalah lain, itu maslalah tanggung jawab sipenerima dengan sang pencipta. masalah kita adalah mengimplementasikan niat membantu kita dengan memberikannya uang.

Mungkin perasaan itu desebabkan karena aku lelah pergi dari pagi
Sudah sejak pukul 07.30 pagi aku kendarai Xenia ku. Rute pertama adalah mengantar istri ke kantornya di bilangan Gatot Subroto untuk menghadiri acara training kantornya. Begitulah kalau rasa memilikinya yang tinggi bahkan hari Sabtu yang merupakan hari libur pun istri saya rela datang ke kantor untuk mengikuti training yang notabene sudah pernah dia ikuti, namun karena minimal jumlah peserta tidak boleh dari 8, maka untuk menggenapkan jumlah itu istri saya bela-belain datang.

Dari kantornya aku menuju ke bilangan kampung utan ciputat untuk menjemput Ibu ku pergi ke rumah sakit Pondok Indah guna memeriksakan kondisi kakinya.

Singkat cerita rute perjalanannku sangat panjang dari bintaro - gatot subroto - kp utan ciputat - pondok indah - Metro TV kedoya - jemput istri ke FX plaza Sudirman dan saat ini dalam perjalanan mencari makan siang di Pondok Indah Mal sambil menunggu pukul 1500 saat jam praktek dokternya dibuka

kondisi kita mempengaruhi daya berfikir kita, mempengaruhi emosi kita
contoh pengendara motor yang kepanasan, kehujanan, cape dijalan, sehingga gampang emosi kesengggol sedikit maka bawaaannya ingin nonjok.

jika ingin memberi, berikanlah tidak usah berfikir terlalu jauh, dan lupakanlah karena allah yang akan mencatat, bukankah dalam rejeki kita ada hak orang lain.
toh rp. 1000 itu hanya untuk beli es saja belum tentu cukup

How About You?

Tidak ada komentar: