Rabu, 10 September 2008

PAMER ITU MANUSIAWI

Malam itu saya pulang ke rumah bersama istri. Sejenak bersapa ria dan bercengkrama dengan Haikal dan Harits untuk menghilangkan rasa rindu, sebelum meneruskan aktivitasku menonton highlight acara TV. Istri mendekatiku dan mengatakan kalau Haikal tadi disekolah diledekin teman-temannya karena memakai baju muslim yang itu itu saja
"kok pake baju ini lagi kal....ini khan sudah sering dipake kemaren" ledek temennya, begitu cerita yani - manager haikal (pembantu yang bertanggung jawab atas Haikal) ketika aku konfirmasikan seperti apa sich ledekan teman Haikal disekolah.

Memang selama bulan Ramadhan ini anak-anak sekolah Al Azhar As Syifa Budi diminta untuk memakai baju muslim setiap harinya. Selama ini dikarenakan baju muslim itu hanya digunakan untuk lebaran saja, maka kami tidak banyak membelikan anak itu baju muslim cukup 2 saja, yaitu untuk digunakan pada hari pertama dan hari kedua lebaran, dan kebetulan jatah untuk membeli baju muslim untuk lebaran tahun ini setelah kami menerima THR, meskipun bukan berarti kami tidak mampu untuk membelikannya sebelum THR dibagikan, namun lebih karena nuansa belanja lebarannya lebih terasa apabila belanja setelah kami menerima THR, lebih afdol dan syahdu.

Sebetulnya 2 pasang baju yang dikenakan Haikal untuk ke sekolah itu bukanlah baju yang murah, baju itu termasuk baju yang bagus dan rada mahal, ini terbukti dengan kualitas bajunya yang meskipun setiap hari digunakan Haikal tapi masih tetap terlihat bagus dan awet, bukan karena kita pelit nggak pernah beliin Haikal baju,.....cuma memang dasar anak-anak nggak tahu mana yang mahal dan bagus. Khan lebih baik punya 2 baju bagus dibanding dengan 5 tapi jelek-jelek, bela istriku ketika kutanya apakah memang Haikal cuma punya 2 baju itu saja.
Tapi sebaiknya sich kita beliin lagi baju yang lain, kasian nanti dia jadi minder dan malu pergi kesekolah. saran istriku lagi.

Memangnya tidak ada guru yang mendengar Haikal di ledekin, tidak ada guru yang membela Haikal, tidak ada guru yang menasehati dan memarahi teman-teman Haikal yang ngeledek itu? tanya ku lagi.
Nggak ada pak... Jawab Yani, kalau ada pasti sudah dinasehati. ada sich teman yang membelanya, namanya Kaila. Dia yang mengajak haikal untuk tetap main dan tidak menghiraukan ledekan teman-temannya.
Aku tersenyum sejenak, karena berdasarkan laporan dari yani dan istriku, anakku memang senang berteman dengan Kaila.

Setelah di ledekin, apa reaksi Haikal mbak? apakah dia langsung diam menyendiri, malu, minder ? tanyaku lebih detail takut ledekan temannya itu berdampak pada psikologis anakku.
Ngaak sich pak, maen seperti biasa. jawab yani

Akhirnya kita putuskan malam itu meskipun waktu sudah menunjukan pukul 20.30, untuk pergi ke Giant yang katanya buka sampai jam 23.00 malam untuk membeli baju muslim Haikal. Sudah baur apa tujuan membuat keputusan itu, apakah kami buat semata-mata untuk menunjukkan kepada anak-anak itu kalau Haikal juga sebetulnya mampu untuk punya baju muslim yang dipakai berbeda setiap hari - Masak punya toko baju bayi dan anak tapi anak nya diledek tidak pernah ganti-ganti bajunya - kata hatiku. Atau juga semata-mata melindungi anak kami dari dampak psikologis efek ledekan teman-temannya, minder, pemalu, penyendiri, dlsb. Tapi yang jelas malam itu Haikal sangat gembira. Dia gembira karena kami dengan tiba-tiba membelikannya 2 baju muslim baru, baju dengan model dan warna yang dia pilih sendiri dan yang akan dipakai kesekolah keesokan harinya.

Saya bersyukur karena masih punya rejeki untuk membelikan Haikal baju baru itu, coba bayangkan bila hal ini terjadi pada orang yang tidak mampu, yang untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya saja sudah susah apalagi untuk beli baju baru, pasti ayah dan bundanya akan pusing tujuh keliling mencari pinjaman sana sini agar dapat membelikan anaknya baju baru, karena semua orang tua yang sangat sayang kepada anaknya seperti kami, akan berusaha mati-matian melakukan apa saja agar dapat memenuhi kebutuhan dan permintaan anaknya.

Saya lebih bersyukur lagi karena Haikal hanya diledek teman-temannya "kok bajunya itu-itu saja, nggak ganti-ganti" dan ledekan itulah yang menyebabkan kami terpaksa harus membelikan dia baju baru. Ccoba bayangkan kalau dia diledek "kok mobil yang dipake nganter sekolah cuma itu-itu saja, nggak ganti-ganti", pasti saat ini saya sedang jalan-jalan di showroom mobil dan terpaksa bolos kerja untuk membeli mobil baru...he..he..he


How about You?