Rabu, 09 Juli 2008

BISA TIDAK BISA , INGIN TIDAK INGIN, HARUS MAU

Untuk mengisi kesunyian di dalam kabin mobil, karena saya saat itu pulang sendirian, saya nyalakan radio Pas FM di channel 92,3FM yang kebetulan acaranya adalah tips bisnis oleh Tanadi Santoso, seorang motivator dan bisnisman sukses dari Surabaya.

Dia bercerita, Dalam sebuah seminar yang dia ikuti dengan pembicara seorang motivator terkemuka dunia, pembicara itu meminta seorang peserta wanitanya untuk maju kedepan. diminta untuk berdiri di ujung mimbar berjauhan dengan sang pembicara. Diantara pembicara dan wanita itu dihubungkan oleh sebilah papan ukuran lebar 20cm dan panjang 4 meter yang kedua ujungnya disangga 2 buah balok. Bertanyalah ia.

Pembicara : Maukah anda saya bayar 1 juta untuk berjalan menyeberang diatas papan yang ditopang oleh balok dari ujung satu ke ujung yang lainnya? kenapa?

Peserta wanita : Mau...., karena itu mudah, kalau jatuh pun tidak sakit.

Pembicara : Maukah anda saya bayar 1 juta untuk melakukan hal seperti tadi namun kedua ujung papan itu menghubungkan atap bangunan 5 lantai? kenapa ?

Peserta wanita (berfikir sejenak) : tidak mau, karena kalau jatuh pasti minimal patah atau mati.

Pembicara : Maukah anda saya bayar 100 juta untuk melakukan hal itu? kenapa?

Peserta wanita (sambil menggeleng-gelengkan kepala): tetap tidak mau, yaitu tadi resikonya patah atau mati, pokoknya tidak mau...

Pembicara : kalau bayaran saya naikan jadi 500 juta? maukah anda? kenapa?

Peserta wanita : pokoknya tidak mau.... titik.Percuma dapat hadiah tapi resikonya jatuh mati.

Pembicara : sekarang bayangkan anda sedang berada disebuah gedung 10 lantai, dan diseberang anak anda sedang berdiri ditepi atap gedung lainnya yang sedang terbakar melambai-lambaikan tangannya memanggil anda - dan jalan satu-satunya untuk menyelamatkannya adalah menyeberang melalui papan dihadapan anda dan hanya anda orang yang berada disana. maukah anda untuk menyeberang? kenapa?

Pembicara wanita (sambil membayangkan hal itu dengan mimik wajah yang berubah, mulai terisak-isak): Ya.. saya pasti akan melakukannya. saya pasti akan menyeberang untuk menyelamatkan anak saya, karena saya sangat mencintainya.

Pembicara : meskipun tidak dibayar

Peserta wanita : iya, meskipun tidak dibayar

pembicara : apakah tidak takut jatuh, patah kaki ataupun mati

peserta wanita : takut, tapi hal itu harus saya lakukan, dan saya harus melakukannya untuk menyelamatkan anak saya, saya tidak mau kehilangan anak yang sangat saya cintai.

Pembicara : kenapa sewaktu saya tawarkan uang anda tidak mau? apakah anda tidak bisa?

Peserta wanita : bukan masalah bisa atau tidak bisa pak, saya bisa kok nyeberang dari lantai 10, cuma saya tidak mau, dan tidak ada alasan untuk mau.

pembicara : Kalau boleh saya pertegas, sebetulnya hal seperti itulah yang sering terjadi dalam kehidupan kita, kita semua yang hadir disini saya yakin punya keinginan untuk berubah lebih baik. kebanyakan dari kita saya yakin punya kemampuan, skills, kebisaan, ilmu, yang bisa digunakan untuk membantu membuat perubahan itu, tapi kebanyakan dari kita belum bahkan tidak mau untuk berubah. penyebabnya karena tidak adanya alasan yang memotivasi kita untuk melakukan sesuatu itu.

Biasanya jika kita sudah tidak ada pilihan dan kepepet baru kita mau melakukannya. dalam kasus ini Ibu punya kebisaan untuk berjalan menyeberang jembatan kayu itu, tapi tidak dilakukan karena tidak ada kemauan, penyebabnya mungkin karena melihat hambatan yaitu takut jatuh dan mati, meskipun dijanjikan bayaran. ini terjadi karena yang dapat memotivasi ibu bukanlah jumlah uangnya, tapi pada takut akan kehilangan orang yang dicintainya yaitu anaknya.

Setiap orang harus punya alasan yang berbeda yang dapat memotivasinya untuk melakukan sesuatu yang dapat merubah hidupnya, ada yang karena uang, karir, pangkat, harga diri, pengakuan lingkungan, kecintaannya, takut akan kehilangan, dll. masalahnya adalah bagaimana dapat menemukan hal apa yang dapat dijadikan alasan/motivasi untuk melakukan sesuatu merubah hidup kita saat ini.

Menyimak cerita Tanadi Santoso di radio membuat saya merenung, tergelitik dan akhirnya memberikan pembenaran dalam hati, bahwa faktor penentu keberhasilan seseorang bukan bisa tidak bisanya melakukan sesuatu, dan ingin tidak inginnya, tapi lebih pada mau tidak maunya kita. karena menurut saya kebisaan itu merupakan modal kita untuk bergerak lebih cepat, ingin itu baru berupa tekad dalam hati, tapi mau itu berarti tindakan nyata tubuh dan pikiran kita.

Pikiran saya mengelana dan mencoba untuk memilah-milah beberapa kelas nasib orang berdasarkan cerita pak Tadani santoso tadi. Kebanyakan orang punya kebisaan tapi dia punya ketidakmauan sehingga seumur hidupnya dia tidak pergi kemana-mana. Sebagian kecil orang lainnya yang bergerak maju adalah dia yang punya kebisaan punya sedikit kemauan atau dia yang punya ketidakbisaan tapi punya banyak kemauan. Sebagian orang - dengan jumlah yang lebih kecil lagi - yang bergerak maju lebih cepat dari pada orang lain adalah dia yang punya kebisaan dan punya banyak kemauan. Tapi yang paling parah, memprihatinkan dan menyedihkan adalah ada juga orang yang punya ketidakbisaan dan punya ketidakmauan.

Saya bertanya dalam hati, di kelas manakah saya?

How about You ?

Tidak ada komentar: